ACLU: Pemerintahan Bush "Teror" Bagi Muslim AS

Laporan terbaru American Civil Liberties Union (ACLU) kembali membuktikan bahwa mantan presiden AS George W. Bush telah banyak melakukan pelanggaran hak asasi terhadap komunitas Muslim di AS lewat kampanye perang melawan teror yang digulirkannya.

Laporan ACLU berjudul “Blocking Faith, Freezing Charity” menunjukkan bahwa Bush bukan hanya menghambat kegiatan sosial sejumlah badan amal Muslim, tapi juga membuat warga Muslim khawatir dalam menjalankan ajaran agamanya memberikan sedekah pada orang-orang miskin.

"Penerapan undang-undang tentang bantuan dana terhadap terorisme yang diterapkan pemerintahan federal tidak proporsional dan telah mempengaruhi aktivitas lembaga-lembaga sosial Muslim," demikian laporan ACLU.

Selain itu, kampanye perang melawan teror yang digulirkan Bush, menyebabkan banyaknya kasus-kasus salah tangkap, perlakuan sewenang-wenang dan intimidasi terhadap komunitas Muslim.

ACLU melakukan sekitar 120 wawancara dengan komunitas, pemuka masyarakat dan sejumlah pengurus lembaga amal di AS dalam menyusun laporannya. Dari hasil wawancara itu diketahui, badan-badan sosial Muslim yang paling banyak menjadi korban undang-undang terorisme itu.

Laporan ACLU menyebutkan, tujuh dari sembilan lembaga amal yang aset-asetnya dibekukan Departemen Keuangan AS, adalah milik Muslim. Masih banyak badan amal Muslim yang terpaksa tutup karena kantornya digeledah dan diperiksa polisi.

"Dalam banyak kasus, pemerintah AS mencoreng citra lembaga-lembaga amal, asosiasi dan organisasi sosial Muslim tanpa memberikan ganti rugi saat organisasi atau pengurus lembaga yang bersangkutan diproses di pengadilan. Pemerintah juga tidak memberi kesempatan pada lembaga-lembaga itu untuk membersihkan nama mereka dari tuduhan," tulis ACLU dalam laporannya.

Menurut ACLU, semua itu terjadi karena pemerintahan Bush memberikan wewenang tanpa batas pada Departemen Keuangan sehingga bisa seenaknya menuding sebuah lembaga amal sebagai organisasi teroris, menuduh seseorang kriminal karena telah menyalurkan dana untuk teroris, tanpa bukti-bukti yang kuat.

Tindakan sewenang-wenang pemerintah menimbulkan iklim ketakutan di kalangan Muslim AS yang ingin menjalankan ajaran agamanya dalam hal bersedekah dan berzakat. Ini artinya, kampanye anti teror Bush justru menjadi teror baru terutama bagi warga Muslim dan melanggar kebebasan yang selama ini diagung-agungkan AS.

"Banyak Muslim Amerika yang melapor, kekhawatiran membuat mereka jadi sulit untuk menunaikan zakat sebagai salah satu kewajiban agama mereka dan untuk menjaga ukhuwah antar sesama Muslim," kata ACLU.

ACLU menegaskan, kebijakan-kebijakan anti-teror AS sama sekali tidak efektif dan telah melanggar nilai-nilai moral masyarakat AS terutama dalam masalah keadilan. Banyak kebijakan anti-teror yang dilakukan berdasarkan kebijakan yang diskriminatif dan hanya bernuansa kebencian atas dasar agama dan target utamanya adalah komunitas Muslim.

Al-Anfal, Ayat 19, dan Pidato Obama

Di Universitas Cairo yang terkenal itu, Obama berbicara. Ia mengajak Amerika Serikat dan umat Islam sedunia memulai sebuah hubungan baru. Hubungan yang berdasarkan mutual respect dan mutual interest. Mengakhiri, apa yang ia sebut sebagai “sebuah lingkaran kecurigaan dan perselisihan”. Pidatonya merupakan sebuah antithesis terhadap pengantar Presiden Bush pada National Security Strategy (2006), yang menyatakan Amerika dalam keadaan perang, dan melegalkan tindakan apapun untuk mengeliminir ancaman terhadap AS.

Ayman al-Zawahiri, wakil pemimpin Al Qaeda, mungkin representasi suara sebagian umat muslim, telah melihat propaganda AS yang bertolakbelakang dengan aksi di lapangan: berbicara demokrasi dan kebebasan dengan menjatuhkan bom ke pemukiman penduduk. Ia tidak percaya AS berubah karena sampai saat ini, pesan kekerasan masih diterima oleh umat Islam. Bahkan, rencana Obama untuk menutup Guantanamo ditolak oleh Kongres. Sesuatu yang ia janjikan pada masa kampanyenya, yang menyebabkan ia terpilih, ditolak oleh perwakilan rakyatnya.

Benarkah Obama akan menepati ucapannya ?

Yang pasti, sejarah membuktikan, pendekatan AS selama ini salah besar. Hanson dan Schmidt (2007) menunjukkan, pada kasus Irak, “ Jumlah operasi militer yang dilakukan pasukan AS berkorelasi tinggi terhadap jumlah serangan balik yang lebih banyak pada masa mendatang, serangan yang dimaksud untuk menghancurkan kekuatan lawan, hanya menjadi alat rekrutmen bagi lawan”. Oleh karenanya, biaya melakukan serangan militer selalu melebihi benefit yang diperoleh, suatu hal yang sederhana dan sudah diperingatkan bahkan oleh sebagian publik AS sendiri. Sebuah thesis yang sebenarnya tidak perlu dibuktikan dengan pengalaman empiris AS di Irak.

Di Afghanistan pun, mereka akan terjebak apabila tetap menggunakan cara yang sama. Wawancara Sunday Times dengan Amir Sultan Tarar, veteran intelijen Pakistan, mengingatkan pemerintahan AS untuk mengedepankan jalan negosiasi terhadap Taliban dan tidak mengulangi kesalahan mereka di Irak.“The Taliban will not win but in the end the enemy will tire” “.. and the more you kill, the more supporters will come.”

Lantas, bagaimana sebaiknya reaksi umat Islam terhadap pidato Obama tersebut ?

Para ekonom mengenal Game Theory. Sebuah theori yang mempelajari bagaimana para agen ekonomi bertindak dengan memperhitungkan tindakan yang akan diambil lawannya. Strategi terbaik pada kondisi ini adalah tit for tat. Di mana suatu pihak harus menggunakan strategi kooperatif pada awalnya, dan respon selanjutnya akan ditentukan oleh aksi dari lawan. Strategi yang diperkenalkan oleh Anatol Rapoport pada tahun 1980 ini, sudah sejak lama dikenal oleh umat Islam melalui Surat Al Anfal ayat 19. Surat yang diturunkan berkaitan dengan momen perang Badar.

"Jika kamu meminta keputusan, maka sesungguhnya keputusan telah datang kepadamu, dan jika kamu berhenti (memusuhi Rasul), maka itulah yang lebih baik bagimu, dan jika kamu kembali niscaya Kami kembali (memberi pertolongan), dan pasukanmu tidak akan dapat menolak sesuatu bahaya sedikitpun darimu, biarpun jumlahnya (pasukan) banyak. Sungguh Allah beserta orang-orang yang beriman". ( Al-Anfal:19)

Masa depan hubungan umat Islam dengan Pemerintah Amerika Serikat, sangat ditentukan oleh konsistensi perkataan Obama dengan tindakannya di lapangan.

Dibalik Tragedi USS Liberty, Konspirasi AS-Israel

Insiden serangan terhadap kapal pengintai AS USS Liberty yang terjadi tanggal 8 Juni 1967 kembali menjadi buah bibir di AS setelah sejumlah awak kapal yang selamat mengatakan bahwa kapal itu sebenarnya diserang oleh pesawat-pesawat tempur Israel. Pengakuan dari para awak kapal yang selamat membuat peristiwa ini kembali menjadi buah bibir di AS yang selama bertahun-tahun memetieskan kasus ini.

Para awak kapal yang selamat itu berkumpul di Washington hari Senin kemarin, untuk memperingati 42 tahun serangan tersebut. Mereka menceritakan bagaimana pesawat-pesawat tempur dan kapal-kapal laut Israel yang bersenjatakan torpedo membombardir USS Liberty yang ketika itu sedang bertugas di perairan internasional Semenanjung Sinai.

Serangan yang terjadi selama hampir dua jam itu menyebabkan 34 pelaut AS tewas dan 173 orang awak kapal luka-luka. Sementara USS Liberty rusak berat dan hampir tenggelam. Pesawat tempur dan kapal perang Israel tetap menggempur USS Liberty meski di kapal itu jelas terlihat tanda bahwa kapal tersebut milik AS. Israel menyebut insiden itu sebagai insiden "salah sasaran". . Meski bukti-bukti tidak menguatkan dalih "salah identifikasi" yang diajukan Israel, Presiden AS yang ketika itu dijabat oleh Lyndon Johnson menerima klaim Israel dan memerintahkan agar investigasi atas insiden "teman menyerang teman" itu dibatalkan.

"Ini hanya kasus kekeliruan identitas saja, tentu saja saya prihatin dengan para awak dan kapal yang tenggelam, tapi kita tidak akan mempermalukan sekutu kita," kata Johnson ketika itu di tengah desakan agar insiden itu dibawa ke Kongres untuk menentukan sikap AS terhadap serangan Israel itu.

Namun salah seorang awak USS Liberty yang selamat, Rick Almett mengungkapkan bahwa pemerintah AS dan Israel berkonspirasi dalam kasus ini. "Ada konspirasi antara pemerintah kita dan Israel. Itulah sebabnya mengapa mereka tidak pernah mengusut insiden itu dan investigasinya ditutup-tutupi, karena Israel adalah sekutu AS," kata Almett.

Dalam wawancara terpisah, awak kapal lainnya yang selamat bernama Jim Smith mengatakan bahwa ada unsur kesengajaan dalam insiden serangan tersebut. "Israel sengaja membombardir untuk menenggelamkan kapal itu dengan segala cara dan berupaya agar tidak ada korban yang selamat," ungkap Smith.

Pengakuan kedua awak kapal itu dikuatkan oleh pernyataan Earnie Gallo, ketua asosiasi veteran USS Liberty. Ia mengatakan bahwa Israel sengaja mendisain serangan terhadap USS Liberty agar bisa melakukan agresi ke Dataran Tinggi Golan. Saat insiden USS Liberty ini terjadi, Israel sedang terlibat perang dengan negara-negara Arab sementara AS sedang sibuk dengan perangnya di Vietnam.

Menyusul tragedi USS Liberty, pada tahun 2003 sebuah komite independen yang beranggotakan sejumlah pensiunan pejabat tinggi militer AS dan seorang mantan dubes AS untuk pasukan gabungan di Timur Tengah melakukan penyelidikan. Sementara Kongres AS tetap menolak desakan agar dilakukan penyelidikan lebih mendalam atas insiden serangan USS Liberty dan menolak fakta-fakta yang diajukan terkait insiden tersebut.

Menurut pengakuan sejumlah mantan pejabat militer dan politisi di AS, mereka diperintahkan untuk tidak membahas lagi kontroversi seputar tragedi USS Liberty. "Kami diperingatkan untuk tidak membicarakan kasus ini lagi, begitu juga orang-orang yang terlibat dalam insiden itu, diingatkan untuk tetap bungkam," kata mantan pejabat angkatan laut AS, Laksamana Issac C. Kidd.

Mereka Hengkang Dari SBY

Dulunya mereka menjadi tulang punggung SBY,ketika pilpres 2004. Mereka berandil memenangkannya, melalui berbagai kegiatan, terutama dalam pembuatan opini, yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat luas. Mereka yang dulunya bersama SBY itu, satu-satu mereka pergi, dan meninggalkannya.

Seperti, Yahya Ombara, yang merupakan tim pemenangan pemilu legislative Demokrat, April lalu, dan pendukung fanatik SBY, serta menulis buku, Presiden Flamboyan, SBY yang Saya Kenal, kini sudah merapat ke JK. Ada juga tokoh, Johan O.Silalahi, Direktur Blora Center, yang merupakan tim sukses SBY, yang kemudian mendirikan Lembaga Riset Indonesia, tujuannya ingin memenangkan SBY di tahun 2009-2014, tapi akhirnya Johan pilih meninggalkan SBY. Posisi Johan ini, selanjutnya digantikan Fox, sebuah lembaga yang baru setahun didirikan, dan diharapkan menjadi tulang punggung Demokrat-SBY, di pilpres Juli nanti.

Kini, Johan Silalahi mengajak Ipang Wahid, bergabung ke JK, dan akan merancang strategi iklan, yang menjadi testemoni, yang mengetengahkan sejumlah tokoh masyarakat. Johan yang menggaet Ipang, yang sebelumnya dekat PKS dan Sekjennya Anis Matta, kini tidak mengikuti PKS yang tetap berkongsi dengan SBY, tapi memilih ikut Johan dan berkongsi dengan mendukung JK. Padahal, dahulunya Ipang yang membuat semua iklan PKS, ketika menjelang pemilu 2009. Namun, langkah Johan ini, tidak hanya merekrut Ipang, tapi juga sejumlah tokoh pemuda. Tokoh-tokoh yang sudah bergabung dengan JK, seperti Ketua Umum Nahdatul Ulama Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum Muhammadiyah Syafi’I Maarif, mantan Gubernur Jawa Barat Solichin GP, dan wartawan senior Kompas,yang dulunya pengagum Bung Karno, Budiarto Shambazy, termasuk Kwik Kian Gie, yang telah memberikan t estemoni, yang sejatinya Boediono itu, tak lain adalah neo-lib.

Inilah dinamika politik menjelang pemilu presiden, di mana kelompok-kelompok partai politik, terus mengalami dinamika yang sangat cepat. Pemimpin dan tokoh PAN, Amin Rais, yang sebelumnya secara tegas mendukung SBY, kini Amin membebaskan kadernya untuk menggunakan hak pilihnya sesuai dengan hati-nurani mereka, tidak mewajibkan kader PAN untuk tetap memilih SBY. Bahkan, di internal PAN, kelompok Barisan Muda PAN, memberikan dukungannya kepada JK.

Seorang yang menjadi kepercayaan Amin Rais, yaitu anggota DPR, yang sering mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah, Drajad Wibowo, sekarang ikut mendekat ke JK. Tidak mau berafiliasi dengan PAN yang mendukung kepada SBY. Melihat perkembangan ini artinya internal partai-partai yang sudah mendukung SBY, tidaklah solid. Seperti, belum lama ini, di mana PKB, yang mengganti Choiri Efendi, yang ikut mendukung hak angket di DPR, yang akan menyelidiki kecurangan pemilu 2009, berkaitan dengan DPT (Daftar Pemilih Tetap).

Tokoh lainnya, seperti Jendral Jasin, yang dulunya juga pendukung berat SBY, sekarang mendukung Mega, dan menjadi tim sukses Mega-Pro. Tidak ada kawan yang abadi. Mereka beralih posisi sesuai dengan perkembangan dan dinamika politik, tapi tetap mereka melihat diantara para calon presiden yang ada, mana yang memiliki karakter yang kuat dan berkepribadian.

Selain itu, mantan Kepala BIN, Jendral AM.Hendropriyono, juga mengundurkan diri dari posisi sebagai pendukung Mega. Hendropriyono setelah melihat situasi politik yang ada sekarang, ia ingin lebih memilih posisi netral, katanya.

Dua Warga Terluka Akibat Serangan Israel ke Gaza Pagi Ini

Sebuah sumber medis Palestina di rumah sakit Kamal Adwan melaporkan pada Rabu pagi ini bahwa dua warga Palestina mengalami cedera kecil setelah pasukan Israel melepaskan tembakannya ke area terbuka di bagian utara jalur Gaza.

Sumber tersebut juga menyatakan bahwa penduduk yang terluka tersebut bernama Mahmud Abu Ganja dan Saleh Al Madani keduanya berumur 18 tahun telah dirawat di rumah sakit setelah mereka terkena pecahan peluru dari tembakan yang dilakukan oleh tank Israel di perbatasan utara jalur Gaza.

Saksi mata melaporkan bahwa tentara Zionis Israel menembakkan mortir di beberapa tempat berbeda di sebelah utara jalur Gaza.

Dalam berita terkait, Brigade Al-Aqsha sayap militer dari gerakan Fatah menyatakan bahwa sekelompok pejuang mereka terlibat baku tembak dengan pasukan Zionis Israel yang menyamar, yang sedang beroperasi di dekat persimpangan Nahal Oz sebelah timur Gaza, dan dilaporkan tidak terjadi korban jiwa dalam peristiwa itu.

Brigade Al-Aqsha mengatakan bahwa betrok tersebut merupakan respon yang alami terhadap pelanggaran yang terus menerus dilakukan oleh Zionis Israel dan serangan militer yang tetap mereka lakukan ke Gaza dan tepi barat.

Jihad Islam : Pembunuhan Komandan Al-Qassam Merupakan Pengkhianatan

Sayap militer Jihad Islam - Brigade Al-Quds
Sayap militer Jihad Islam - Brigade Al-Quds
Gerakan Jihad Islam pada Ahad kemarin mengutuk tindakan yang dilakukan oleh pasukan keamanan otoritas Palestina yang menyebabkan terbunuhnya dua komandan dari Brigade Al-Qassam - sayap militer gerakan Hamas di Qalqilya Tepi Barat.

Abul Qassam salah seorang komandan Jihad di utara Tepi Barat mengatakan bahwa pembunuhan tersebut sebagai penegasan dari pengkhianatan dari sebuah proyek pesanan yang dipimpin oleh otoritas Ramallah dan berusaha menghancurkan gerakan perlawanan.

Dia mengatakan bahwa masyarakat tidak akan puas sampai pelaku kejahatan itu bertanggung jawab untuk tindakan kejahatan yang telah mereka lakukan.

Dalam sebuah pernyataan sebelumnya pada Ahad subuh, Abul Qassam menyatakan bahwa pembunuhan dari pemimpin Al-Qassam - Muhammad al-Samman dan Muhammad Yassin syahid , sejalan dengan perang yang dilancarkan oleh Israel dan perlawanan otoritas Ramallah terhadap para pejuang Palestina.

Dia menjelaskan tindakan tersebut membuktikan bahwa otoritas Ramallah tidak peduli dengan keberhasilan dialog antar-Palestina untuk mengakhiri status perpecahan.

Pada bagian lain, Brigade Salahuddin , sayap militer dari PRC (pupular resistence committee), menyerukan kepada masyarakat di Tepi Barat untuk melakukan pemberontakan terhadap pihak otoritas Ramallah.

Juru bicara sayap militer PRC Abu Yusuf mengatakan dalam sebuah pernyataannya pada hari Minggu kemarin bahwa semua pejuang perlawanan Palestina harus melawan aparat otoritas Ramallah, karena mereka saat ini mirip dengan musuh bersama rakyat Palestina "Zionist Israel".

Dia mendesak anggota-anggota faksi Fatah yang masih memiliki kemuliaan dan harga diri untuk bersatu dengan para pejuang dan menyingkirkan semua agen-agen yang telah berkalobarasi dengan aparat otoritas Palestina.